Title : Dream High 3
Author : Icha
Type: Chapter
Genre: Romance / Teen Story
Rating: T
Sebelumnya :
Kirin Art High School membuka audisi lagi!
Kali ini, CL “2NE1″, Seungri “Bigbang”,
Sohee “Wonder Girls”, Jae Bum (Jay Park), Minah “Girls Day” dan Nickhun
“2PM” yang menjadi murid di Kirin Art High School!
Kini Park Jin Young yang berperan sebagai Teacher Yang Jin Man naik pangkat menjadi Headmaster di Kirin Art High School.
Teacher2 lainnya, seperti dibawah ini ikut meramaikan kesuksesaan dan kejayaan Kirin Art High School.
~~~~~~~~~~~~~~~
All Author P.O.V
Chae Rin membuka matanya. Dia tidak mengenal tempat dimana sekarang
dia berada. Yang dia tahu, saat ini dia sedang tidur di atas ranjang
besar yang mewah dan wangi. Dia memegang kepalanya yang pening.“Kau sudah bangun?” Terdengar suara seorang yeoja dari arah pintu. Yeoja cantik sedang tersenyum padanya.
“Si-siapa kau?” tanya Chae Rin gugup.
“Sopirku nyaris menabrakmu karena kau pingsan di jalan. Kau tidak apa-apa?” Yeoja itu memegang kening Chae Rin.
“Siapa kau?” tanya Chae Rin sekali lagi.
“Aku Yoon Eun Hye, kau bisa memanggil Yoon. Saat ini kau sedang berada di apartemenku. Jangan khawatir, aku bukan orang jahat, justru aku menolong dengan membawaku kesini.”
“K-kamsahamnida…” desah Chae Rin dengan suara bergetar.
“W-wae?” tanya Yoon karena melihat mata Chae Rin berbinar-binar.
“Mianhae…aku telah menyusahkanmu…” ucap Chae Rin seraya mengelap air matanya yang menetes.
Yoon tersenyum seraya mengelus bahu Chae Rin.
“Kau, mandilah. Bersihkan tubuh dan wajahmu. Setelah itu kau dan aku akan makan malam. Kau bisa menceritakan semua masalahmu padaku,” ucap Yoon.
“Kau yeoja yang sangat baik,” desah Chae Rin terisak.
Yoon menggeleng seraya menjawab, “Apa yang aku lakukan adalah sebuah kewajaran. Ppali, bersihkan tubuhmu sekarang.”
“Mianhae…aku telah membuat ranjangmu kotor karena tubuhku,” ucap Chae Rin malu.
“Aniyo…” ucap Yoon.
Setelah mandi, Yoon mengajak Chae Rin untuk makan di restoran lantai dasar apartemen.
“Omona! Enak sekali makanan ini,” ucap Chae Rin berkali-kali.
Yoon tersenyum melihat gelagat Chae Rin yang polos.
“Jinjiha? Kalau begitu…kau bisa makan ini setiap hari kalau kau mau,” ucap Yoon membuat mata Chae Rin terbelalak. “Ne, aku akan mentraktirmu makanan ini setiap kau mau.”
“Chankamman…” ucap Chae Rin dengan dahi berkerut. “Sebenarnya kau siapa? Kenapa kau begitu baik denganku?”
Yoon terkekeh menyadari bahwa Chae Rin telah mencurigai dirinya sebagai orang yang punya niat jahat.
“Aku yakin bahwa kaulah pengamen di taman tadi siang,” ucap Yoon.
“Muot?”
“Aku melihatmu bernyanyi saat di taman tadi siang. Kau punya suara yang bagus,” ucap Yoon membuat kedua telinga Chae Rin memerah.”Aku hanya menyayangkan, bakat yang kau punya hanya menjadi suatu yang sia-sia saja.”
“Maksudmu?” Chae Rin masih tidak mengerti.
“Aku Yoon Eun Hye, salah satu teacher di Kirin Art High School,” ucap Yoon seraya menjabat tangan Chae Rin.
“K-kirin?”
“Kau tahu Kirin?” tanya Yoon.
“Tentu saja tahu. Siapa yang tidak tahu sekolah bergengsi seperti Kirin,” jawab Chae Rin menggebu-gebu.
“Kalau begitu, maukah kau menuntut ilmu disana?” Pertanyaan Yoon seketika membuat mata Chae Rin terbelalak.
“M-mworago?”
**
“MWORAGO?” pekik seorang yeoja saat asistennya memberi sebuah kabar buruk padanya.”Micchigeuta…bagaimana hal ini bisa terjadi.”Asistennya hanya menunduk takut.
“Kalian kenapa tidak mencegahnya pergi?” tanya yeoja itu murka.
“Minah-ssi berkata bahwa dia ingin menghirup udara segar sekalian berkeliling di sekitar taman. Tentu kami mengizinkannya. Kami tidak mengira bahwa Minah-ssi akan…”
“KABUR. DIA KABUR. DIA MENGHILANG. DAN TAMATLAH RIWAYATKU! SEBENTAR LAGI GILIRANNYA PENTAS! INI BABAK FINAL DAN DIA PERGI?!” Yeoja itu menggebrak meja.
Tiba-tiba ponsel yeoja itu berbunyi. Dalam satu tarikan nafas, yeoja itu menjawab ponselnya. Suaranya berubah menjadi ketakutan saat mengetahui bahwa Owner dari Sekolah Balet menelponnya.
“M-mianhae…ini semua kesalahan kami. Kami benar-benar tidak tahu bahwa Minah bisa senekad ini,” ucap yeoja itu terbata-bata.
Yeoja itu menutup ponselnya dengan wajah merana.
“Minah tidak pernah seperti ini sebelumnya. Kenapa dia melakukan hal ini? Bahkan disaat dirinya harus melakukan pentas final.” Yeoja itu mengurut keningnya dalam-dalam. “Sebenarnya kemana dia pergi?” desah yeoja itu lagi.
**
“Kemana aku harus pergi?” Minah, dengan susah payah membawa kopernya
menuju pangkalan taksi. Akhirnya dia memutuskan untuk ke bandara
Perancis – Charles de Gaulle.Malam ini dia memutuskan untuk pergi ke Korea. Dia sudah memikirkan hal ini matang2. Dia tidak tahu terlalu lama berkutat pada profesi yang tidak sehati dengannya. Dia ingin mengikuti audisi Kirin Art High School, dia ingin menjadi penyanyi bukan balerina.
Saat ini Minah sudah sampai dibandara. Sebelum dia masuk ke dalam pesawat, dia mendesah, “Mianhae Eomma…mianhae Appa…mianhae, sesangnim. Aku harus meraih mimpiku yang sebenarnya. Aku tidak akan mengecewakan kalian. Aku akan membuktikan kepada Eomma dan Appa, bahwa menjadi penyanyi bukan suatu hal yang buruk. Annyonghi Gyesipsiyo (Selamat Tinggal)…”
**
“K-kau…apa kau sedang waras, heh?” tanya Jae Bum kebingungan karena
malam itu Seungri mengajaknya makan di sebuah restoran Hanguk yori
(masakan Korea).“Nomuhajima…mendengar ucapanmu tadi membuat hatiku sakit,” desah Seungri seraya memanggil weita (pelayan) yang sedang sibuk melayani pelanggan lain.
“Ne, chamkkan manyo,” ucap si weita.
“Aniyo…aku hanya tidak menyangka kau akan membawaku ke tempat mewah seperti ini.”
“Kau akan menganggap restoran ini bobrok jika kau sudah melihat restoran bintang lima, “ ucap Seungri, merendahkan suaranya saat mengatakan kata ‘bobrok’.
“Apa kau sering makan di restoran mahal seperti itu?” tanya Jae Bum dengan tampang bego.
“Ne, sampai bosan rasanya,” jawab Seungri.
“Jinjiha? Kapan-kapan, ajaklah aku makan di restoran mahal seperti itu,” pinta Jae Bum penuh harapan.
“Jika hanya aku sudah gila karena memutuskan untuk kembali tinggal dengan yeoja tua itu,” jawab Seungri bergurau.
“Jeongmal,” desah Jae Bum menahan kesal.
“Mau pesan apa?” tanya si weita yang menghampiri meja mereka.
“Pulgogi, bagaimana?” tanya Jae Bum.
“Terserah kau saja,” jawab Seungri seraya mengambil ponselnya yang berbunyi dari saku jasnya. “Yeobosoyo? Ahjussi?”
Jae Bum menoleh menatap Seungri.
“Ne…tentu saja aku tidak keberatan,” ucap Seungri. “Onje? Araseo…aku akan datang tepat waktu… Ne…”
“Nugu-saeyo?” tanya Jae Bum.
“Guru musikku dulu,” jawab Seungri seraya memasukkan ponselnya kembali. “Aku pesan San jeon (daging tusuk) dan sebotol soju,” sambungnya kepada weita.
“Ne…” jawab si weita sambil mencatat.
“Aku pesan Pulgogi (Daging sapi panggang) dan…apa tidak apa jika sedikit menambah Talgyal (telur)?” tanya Jae Bum malu-malu pada Seungri.
“Araseo,” jawab Seungri.
Weita pun pergi ke dalam.
“Jae Bum-ah…kau pernah bilang padaku kalau kau ingin mengikuti audisi Kirin?” tanya Seungri memulai topik pembicaraan.
“Ne, wae?”
“Guru musikku yang baru saja telepon itu adalah Headmaster Kirin,” jawab Seungri.
“Muot?” Mata Jae Bum terbelalak.
“Kau tahu Lee Kang Chul?”
“Micheosseo? Tentu saja aku tahu. Pria hebat itu melegenda dimana,” jawab Jae Bum antusias.
“Aku bisa membujuk Kang Chul-ssi untuk menerimamu di sekolahnya.”
“Jinjiha?”
“Ne, tetapi aku punya satu syarat?”
“Ahh…jeongmal…kenapa harus pakai syarat segala?” desah Jae Bum.
“Tidak sulit, hanya…biarkan aku tetap tinggal di rumahmu sampai aku menemukan tempat yang baru.”
“Hanya itu?” tanya Jae Bum hati-hati.
“Ne, hanya itu. Mudah kan?”
“Araseo…kau bisa tinggal selama yang kau mau asalkan kau bisa menjaminku untuk lolos dari audisi sekolah itu. Kabarnya, untuk masuk kesekolah bergengsi itu sangat sulit.”
“Aku akan mengusahakannya,” jawab Seungri sambil tersenyum.
**
Lampu panggung tersorot dari berbagai arah. Seorang yeoja cantik
sudah bersiap-siap di belakang panggung, sebentar lagi dia akan keluar
bersamaan dengan empat namja penari latar. Para penonton yang sudah
tidak sabar, terus meneriakkan namanya, dengan mengangkat berbagai jenis
spanduk yang bertuliskan, “BOA, HWAITING!!!!”Boa pun akhirnya keluar dengan efek angin yang luar biasa mengesankan. Bintang cantik itu sukses membuat para penonton terkagum-kagum, mereka bersorak sorai, berloncat-loncatan mengikuti dentuman irama musik. Acara musik terbesar bernama, “MBC Inkigayo”, malam ini sedang menggelar sebuah penghargaan musik. Penampilan Boalah yang menjadi pembuka acara itu.
Di belakang panggung, tepatnya di ruang kostum, seorang yeoja lain bernama Narsha Park, menggeram kesal, matanya terus menatap layar televisi yang menggantung disudut ruangan.
“Kang Chul, kau benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya kau mencampakkanku,” geram Narsha pelan. “Tega meninggalkanku demi yeoja itu.”
Managernya, Na-Young, yang mendengarnya langsung menyahut. “Lupakan Kang Chul, sebentar lagi kau harus tampil.”
“Aku akan membalas semua perbuatannya kepadaku,” geram Narsha lagi tanpa memperdulikan ucapan Na-Young.
“Narsha-ah, kenapa kau terus menyalahkan Kang Chul?” tanya Na-Young yang sudah bosan mendengar geraman Narsha.
“Namja itu benar-benar sangat keterlaluan,” desah Narsha seraya memijat-mijat keningnya.
“Annyeonghasaeyo…” sela sebuah suara yang tiba-tiba saja terdengar.
Narsha menoleh dan mendapati Yang Jin Man sedang tersenyum padanya.
“Jin Man-ssi…” Narsha langsung menghampiri Yang Jin Man seraya memeluknya. Na-Young sedikit bergidik ketika melihat keakraban mereka. “Sudah lama tidak bertemu denganmu, kau makin tampan saja.”
“Jinjiha?” tanya Yang Jin Man dengan wajah sumringah.
Narsha tersenyum. “Ne,”
“Kau sudah jadi bintang besar sekarang, itu yang membuat aku jadi sulit untuk bertemu denganmu,” ucap Yang Jin Man.
“Ahh…Jin Man-ssi. Jika kau yang meminta, aku akan segera meng-cancel semua jadwalku hanya untuk bertemu denganmu,” ucap Narsha merendah.
“Sebetulnya aku punya sebuah permintaan padamu,” ucap Yang Jin Man malu-malu.
“Muot? Kau ingin minta apa? Katakan saja.”
“Kau tahu bahwa…”
“Narsha-ssi, kau harus keluar sekarang. Sebentar lagi waktunya kau tampil,” sela seorang namja muda yang tiba-tiba muncul di depan pintu.
“Ahh…benar-benar bukan waktu yang tepat. Mianhae…aku akan selesaikan semuanya, setelah itu aku akan menemuimu lagi,” ucap Narsha merasa bersalah.
“Gwaenchanayo, memang itu sudah menjadi tugasmu sebagai seorang artis,” ucap Yang Jin Man sambil tersenyum.
Narsha pun bersama dengan Na-Young dan namja tadi keluar dari ruangan itu.
Tiba-tiba wajah Kang Chul menggantikan wajah mereka yang baru saja keluar.
“Kang Chul-ssi?” tanya Yang Jin Man agak kaget.
“Kenapa kau ada disini?” tanya Kang Chul, dibelakangnya dua orang namja kekar mengikutinya.
“Aku ingin bertemu dengan Narsha,” jawab Yang Jin Man.
“Narsha?” Kang Chul pun masuk ke dalam, menyuruh dua bodyguardnya untuk menunggu di depan. “Apa kau ada urusan dengannya?”
“Ne,” jawab Yang Jin Man. “Kau sendiri kenapa bisa ada disini? Bukankah katamu kau harus pergi ke Jepang untuk urusan mendadak?”
“Aku menyuruh orang lain untuk menggantikanku. Audisi sekolah kita berkali lipat lebih penting, kan? Dan kau…apa kau masih tetap akan membuka audisi terbuka itu?”
“Ne,” jawab Yang Jin Man. “Dengan atau tanpa persetujuanmu, aku akan membuka audisi terbuka itu.”
“Baiklah kalau kau tetap keukeh dengan pendirianmu itu. Aku juga tidak bisa melarangmu, hanya saja…setelah itu sepertinya kita tidak bisa bersatu lagi.” Ucapan Kang Chul membuat Yang Jin Man bingung.
“M-mworago?”
“Kini, Kirin Art High School akan menjadi dua kubu yang berbeda. Kubu Kang Chul dan kubu Jin Man,” jawab Kang Chul dengan wajah bijaksana.
“Muot?” Mata Yang Jin Man terbelalak. “Chamkkan manyo…apa kau sedang bergurau, heh?”
“Kenapa aku harus bergurau? Aku tidak suka bersenda gurau disaat yang tidak tepat seperti ini.”
“Kenapa kita harus berpisah segala?”
“Karena kita memilik pendapat yang berbeda. Kau terus bersikeukeh akan membuka audisi terbuka, sedangkan aku, aku akan tetap mempertahankan tradisi lama dengan membuka sebuah audisi tertutup.”
Yang Jin Man mendesah berat, tidak mengerti jalan pikiran Kang Chul yang terlalu kolot.
“Kenapa harus dibagi menjadi dua kubu? Kirin Art High School hanya mempunyai satu Headmaster, yaitu aku,” ucap Yang Jin Man.
“Itu dulu. Karena kau terus memaksakan kehendakmu pasal audiri terbuka itu, sepertinya aku memang harus balik lagi menjadi Headmaster Kirin. Karena aku namja yang baik, aku tidak akan menurunkan jabatanmu, melainkan aku akan membuat Kirin menjadi dua kubu, kubu milikku dan kubu milikmu,” jelas Kang Chul.
“Terserah kau saja,” jawab Yang Jin Man.
“Kau harus tunjukkan padaku selama satu tahun ini, bahwa dengan dibukanya audisi terbuka itu, kau bisa melahirkan, paling tidak enam bintang baru—yang dipastikan popularitasnya akan sebanding dengan popularitas bintang-bintangku.”
“M-muot?”
“Kalau kau gagal, terpaksa aku harus menutup kubumu, dan kau…mau tidak mau harus kembali dan mengikuti semua aturanku, kembali menjadi guru di Kirin.”
“Kang Chul-ssi, kenapa kau begitu seenaknya memutuskan hal ini?” tanya Yang Jin Man merasa tidak terima.
“Ini yang terbaik yang muncul di otakku. Kalau kau tidak setuju dengan ideku ini, kau bisa membuat surat pengunduran diri sebagai Headmaster Kirin Art High School sekarang juga.”
“Jeongmal…kau tidak bisa seenaknya memutuskan hal ini!”
Kang Chul tidak memperdulikan rengekan Yang Jin Man. Dia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menelpon seseorang. Dia mengadakan temu janji dengan seseorang diteleponnya tadi.
“Muridku dulu, Seungri…Eommanya memintanya untuk membujuknya pulang. Sepertinya dia menjadi agak brutal sekarang.”
“Seungri?”
“Ne, aku akan mencoba membujuknya masuk ke Kirin. Kau…tolong bantu aku.”
“Muot? Kenapa harus aku?” tanya Yang Jin Man protes.
“Kau Headmaster Kirin, bukan? Aku menginginkan Seungri masuk ke Kirin, tentu melalui audisi, agar tidak terkesan adanya KKN di dalam Kirin. Kau harus bantu aku. Aku yakin kau akan suka dengan bakat bocah ini. Dia spesialis Hip-Hop. Dari dulu dia agak kesusahaan jika disuruh menyanyi ballad,” jelas Kang Chul bernostalgia.
Yang Jin Man menghela nafas dan menyerah dengan segala keputusan yang sudah Kang Chul atur.
**
“Aku yakin kau akan lolos audisi itu,” ucap Yoon yakin.Chae Rin sepertinya tidak seyakin Yoon.
“Aku akan mencoba membantumu. Jika kau masuk ke Kirin, kau bisa tinggal di asramanya, jadi kau tidak usah pusing memikirkan dimana kau akan tinggal,” tambah Yoon.
“Ne,” ucap Chae Rin kurang yakin. “Aku akan berusaha.”
**
Minah memberhentikan taksinya di depan sebuah hotel murah di Korea.
Dia menggeret kopernya yang berat menuju meja receptionist. Ketika dia
sedang meemsan kamar, dua namja kekar tiba-tiba menghampirinya.“Excuse me, what you know with this guy?” tanya namja kekar itu kepada Minah.
Minah melihat foto yang ditunjukkan namja kekar itu. Seorang namja tampan dan berkharisma sedang tersenyum ke arah Minah.
“Sorry, I don’t know. I have recently come from France, so I don’t know anything,” jawab Minah.
“So thank you. Sorry to bother you,” ucap namja kekar itu lalu pergi.
Tepat ketika namja kekar itu membalikkan tubuhnya, seorang namja tampan baru turun dari bawah tangga. Minah melihat wajah namja itu persis dengan namja yang ada di foto tadi.
“Kau? Bukankah kau namja yang ada…” Minah menunjuk namja itu.
Namja itu adalah Nichkhun. Nichkhun yang mengenal dua namja kekar itu langsung kembali naik ke atas.
“Wajahnya benar-benar mirip,” desah Minah seraya menggaruk-garuk kepalanya.
Setelah yeoja receptionist memberikan kunci kamar pada Minah, dia langsung pergi ke atas menuju lantai dua. Tepat ketika dia membuka pintu kamarnya namja tadi keluar dari sebelah kamarnya dengan wajah was-was.
“K-kau? Aku yakin sekali bahwa kau orangnya. Kau yang dicari-cari oleh namja kekar tadi,” ucap Minah sambil menunjuk-nunjuk wajah Nichkhun.
“Sorry, what I know you? Why are you being rude like this to me? Dont’ you know me?” tanya Nichkhun kesal.
“Who are you?” tanya Minah dengan tampang bego.
Nichkhun mendesah. Yeoja ini memang tidak mengenal dirinya. Paling tidak, hal ini menguntungkan dirinya.
“Is not important. Good if you don’t know me. Should we never know,” Nichkhun pun pergi meninggalkan Minah yang masih kebingungan.
“Wae irae?” desah Minah. “Kenapa dengan namja itu? Sepertinya dia bukan asli penduduk Korea. Minah pun masuk ke dalam kamarnya.
**
Minah baru saja selesai mandi dan saat dia keluar dia melihat namja
yang tinggal di sebelah kamarnya sedang berada di dalam kamarnya. Hanya
dengan berbalut handuk, Minah melempari namja itu dengan barang-barang
yang bisa dijangkau oleh tangannya.“Why did you get into my room without permission? Are you nasty guy? Oh God!” raung Minah.
“Hey hey hey…Stop pelting me with your stuff. I’m not a nasty guy. I’m just hiding,” jawab namja itu.
“Actually who are you? Why are you hiding like a fugitive?” tanya Minah curiga.
Nichkhun mendesah.
“You Korean?” tanya Nickhun balik.
“Yes, I’m Korean,” jawab Minah seraya menutupi tubuhnya dengan kemeja bersih dari dalam kopernya.
“I’m Thailand. Okay, stop acting like this. I’m hiding here. You can speak Korean?”
“Omo, tentu saja aku bisa!” jawab Minah ketus.
“Mianhae…” desah Nickhun.
“Kenapa kau bersembunyi di dalam kamarku? Kenapa tidak dikamarmu saja?” tanya Minah ke topik awal.
“Aku lupa meletakkan kunci kamarku dimana. Sepertinya, sewaktu aku keluar tadi, kuncinya terjatuh di jalan. Aku mencoba membuka pintu kamarmu dan tidak dikunci. Lalu aku masuk dan aku berencana akan keluar setelah orang2 yang mengejarku pergi,” jelas Nichkhun panjang lebar.
“Kau buronan kan? Para namja kekar yang waktu itu mencarimu…”
“Aku bukan buronan. Aku Nick. Panggil aku Nick,” ucap Nickhun.
“Nick?”
Nickhun berusaha tidak memberitahu nama aslinya kepada yeoja asing di depannya.
“Namamu?” tanya Nichkhun.
“Aku Minah,” jawab Minah.
“Kenapa kau tinggal di hotel murah seperti ini jika kau asli Korea? Apa kau tidak punya rumah disini?”
“Aku punya,” jawab Minah berbohong. Minah pun tidak mau bicara banyak tentang dirinya pada namja asing di depannya ini.
“Lalu kenapa kau…”
“Apa kau berencana untuk tahu semua tentang diriku?” tanya Minah memotong. “Aku tidak mengenalmu, begitu juga kau tidak mengenalku. Dan sebaiknya kau keluar dari kamarku ini sebelum aku berteriak!”
Nichkhun akhirnya keluar dari kamar Minah.
“Benar-benar deh. Semua yeoja Korea apa mempunyai sikap yang sama? Apa mereka selalu galak pada setiap namja?” desah Nichkhun.
**
Sohee men-touch-up sekali lagi wajahnya sebelum dia masuk ke dalam gedung besar di depannya saat ini.Plang Kirin Art High School terpampang jelas dan dapat terbaca oleh semua mata yang lewat gedung ini.
Beberapa orang yang kebetulan lewat, asik memperhatikan Sohee, yang notabenenya adalah seorang artis terkenal, walaupun itu dulu.
Sohee berusaha untuk tetap percaya diri dan tidak perduli dengan ucapan miring para orang yang lewat di sekelilingnya.
“Annyeong…” ucap Sohee sambil melambaikan tangan pada orang2 disekelilingnya. Orang2 itu bukannya senang ditegur artis cantik seperti Sohee, mereka malah mengacuhkannya lalu pergi.
Sohee menggeram dan berusaha menahan kekesalannya.
“Mereka pikir mereka siapa bisa mengacuhkanku seperti ini?” geram Sohee dengan tangan mengepal.
Tiba-tiba seorang namja menambrak tubuhnya dari belakang. Namja itu jatuh dan meniban Sohee. Wajah mereka berhadapan dan sangat dekat.
“S-sohee-ah?” tanya Jae Bum dengan gugup. Tubuhnya menindihi tubuh Sohee di tengah jalan lapan itu, membuat semua pasang mata memperhatikan mereka. “Kau cantik sekali…”
Sohee tidak menjawab dan hanya mempelototi mata Jae Bum.
To Be Continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar